-->

KETIKA SAUDARA-SAUDARA SEIMAN MELAKUKAN PELANGGARAN (Galatia 6:1-10)

Surat Galatia ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu. Paulus diberitahu bahwa jemaat di Galatia telah dikacaukan oleh pengajaran yang sesat. Surat Paulus ini juga ditulis di tengah-tengah hangatnya pergumulan di komunitas Yahudi pada saat itu. Orang-orang Yahudi ingin men-yahudi-kan semua jemaat dan mereka juga memasuki jemaat Galatia. Hal ini pun mendapat perlawanan dari Paulus. Orang-orang Yahudi itu mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan harus dikerjakan dengan jalan menaati hukum taurat bukan melalui iman.  Selain itu mereka juga menghasut orang-orang Galatia untuk melawan Paulus dengan tidak mengakui kerasulan Paulus. Oleh karena itu, Paulus bereaksi dengan tegas, dan terus terang menegur para pengajar sesat dan pengikutnya. W. R. F. Brown, Kamus Alkitab, 112-113.

Sebuah teguran mungkin saja akan menghasilkan respon yang beragam. Kemungkinan akan ada yang disadarkan akan kesalahannya, kemudian berdukacita karena dosanya dan bertobat.  Namun mungkin juga akan ada yang menolak, kemudian justru semakin jatuh ke dalam dosa yang lebih dalam. Selain itu mungkin juga akan ada kelompok orang yang tidak jatuh ke dalam kesalahan tersebut, ia merasa lebih baik dari kelompok yang berdosa dan memaknai hal ini untuk menghakimi mereka yang telah tersesat.

Pada ayat satu dan dua Paulus menyatakan bahwa ia tidak ingin ada orang yang bermegah atas kejatuhan orang lain. Justru orang yang tidak jatuh karena rohaninya kuat harus mampu menunjukkan sikap kristiani yang penuh kasih terhadap mereka yang jatuh sambil menjaga diri supaya tidak jatuh ke dalam pencobaan. Sikap kristiani itu adalah wujud kualitas kekristenan sejati. Berikut sikap kristiani yang diajarkan oleh Paulus terhadap jemaat Galatia untuk menyikapi mereka yang telah jatuh dan menjaga diri supaya tidak jatuh ke dalam pencobaan:

  1. Jangan menghukum dengan berat saudara seiman yang sedang melakukan pelanggaran, sebaliknya ampuni dan bantu mereka dengan Roh kelemah lembutan supaya dapat kembali ke jalan yang benar (Galatia 6:1).  Dengan demikian  kita tidak jatuh ke dalam dosa penghakiman.
  2. Sadari bahwa diri kita pun adalah makhluk yang lemah dan memiliki peluang kejatuhan yang sama seperti mereka yang telah jatuh, oleh karena itu kita pun harus selalu berjaga-jaga agar tidak jatuh (Galatia 6: 1). Apabila kita menyadari bahwa kitapun ada kemungkinan akan jatuh seperti mereka, maka akan ada kemungkinan besar munculnya kesadaran untuk saling tolong-menolong di antara sesama anak Tuhan (Galatia 6:2).  Dengan demikian kita semakin waspada dan semakin solid dalam menghadapi pencobaan.
  3. Hentikan menilai diri sendiri memakai standar manusia atau standar pemikiran kita sendiri. Apalagi membandingkan diri dengan orang yang melakukan pelanggaran tersebut, sehingga kita terlihat lebih baik daripada orang yang telah jatuh tersebut. Nilailah dan bandingkanlah diri kita dengan Allah, berkacalah pada Firman-Nya, sehingga kita akan mengetahui dengan gamblang dosa dan kelemahan kita di hadapan Tuhan. Selain itu biarlah setiap orang mengoreksi diri sendiri berdasarkan firman Allah sebab setiap orang akan menanggung dosa-dosanya sendiri (Galatia 6:3-5).  Dengan demikian kita tidak merasa paling benar dan jatuh ke dalam dosa kesombongan rohani.
  4. Apabila kita yang melakukan pelanggaran, terimalah dengan rendah hati setiap pengajaran firman Allah dan setiap teguran.  Kemudian bagikanlah semua kebaikan yang dimiliki kepada orang yang mengajar firman tersebut (Galatia 6:6).  Dengan demikian kita tidak jatuh ke dalam dosa kebebalan dan acuh tak acuh terhadap kesalahan.
  5. Pahami bahwa Allah adalah Maha Kuasa, Allah tidak dapat dipermainkan.  Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai (Galatia 6:7-8).  Segala sesuatu yang kita lakukan akan menentukan apakah kita akan berhasil di dalam Tuhan atau tidak.  Orang yang menabur kebaikan pasti akan menuai kebaikan dan orang yang menabur kejahatan pasti akan menerima balasannya, sehingga kita tidak kehilangan pandangan yang benar mengenai Allah.
  6. Jangan berhenti berbuat baik kepada semua orang, terlebih lagi kepada saudara seiman, terutama kepada mereka yang lemah atau sedang jatuh ke dalam dosa. Tuhan menghargai setiap perbuatan baik dan pasti akan memberikan upah atas perbuatan baik tersebut jika kita tidak menjadi lemah (Gal 6:9-10).  Dengan demikian kita dapat memastikan bahwa kita tetap di dalam kasih karunia Tuhan dan tidak ikut jatuh kedalam pencobaan ketika saudara-saudara seiman mengalami kejatuhan maupun kegagalan di dalam iman.
Keenam langkah ini seharusnya terjadi di dalam setiap kehidupan orang Kristen untuk memastikan bahwa kita tidak jatuh ke dalam dosa dalam menyikapi saudara seiman yang sedang jatuh ke dalam dosa. Hal ini juga menunjukkan bahwa gereja seharusnya menjadi wadah untuk mewujudkan kasih persaudaraan. Di mana ada teguran atas kesalahan, ada pertobatan dari kesalahan yang dilakukan, ada pengampunan untuk orang yang bertobat, ada hormat kepada orang yang menegur, dan ada semangat untuk berlomba-lomba untuk berbuat baik secara tulus.

Jangan menunggu orang lain untuk memulai kebaikan, tetapi jadikanlah diri kita sebagai pelopor kebaikan.

0 Response to "KETIKA SAUDARA-SAUDARA SEIMAN MELAKUKAN PELANGGARAN (Galatia 6:1-10)"

Post a Comment