MEMILIH UNTUK TETAP SETIA (Rut 1: 1-15)

Sebuah kisah terjadi pada zaman hakim-hakim yaitu pada saat Israel. Oleh karena Israel dilanda bencana kelaparan, Elimelekh membawa istri dan kedua anaknya bermigrasi mencari peruntungan dengan menetap di negeri Moab. Istri Elimelekh bernama Naomi dan kedua anaknya bernama Mahlon dan Kilyon. Mereka tinggal di negeri kafir tersebut selama sepuluh tahun. Dalam waktu itu kedua anaknya menikah dengan perempuan Moab, yaitu Orpa dan Rut. Kedua perempuan Moab tersebut mengikuti agama Yahudi dan menyembah Allah Israel. Selang beberapa waktu kemudian Elimelekh dan kedua anak lelakinya meninggal, sehingga tinggallah tiga orang janda yaitu Naomi dan kedua menantunya yaitu Orpa dan Rut, tanpa memiliki keturunan.
Pada saat Naomi mendengar bahwa Tuhan telah kembali memperhatikan dan memberikan makanan pada umat-Nya di Bethlehem, Naomi berencana untuk pulang ke Bethlehem. Kemudian perjalanan dilakukan, Orpa dan Rut mengikuti Naomi untuk pergi ke Bethlehem. Hanya saja, di tengah perjalanan tiba-tiba Naomi memerintahkan mereka pulang ke Moab, untuk kembali kepada orang tua mereka dan kepada agama mereka. Orpa undur diri dan pulang ke Moab tetapi Rut memilih untuk tetap setia kepada Naomi dan kepada Tuhan.
Kita seringkali dihadapkan dengan pilihan-pilihan dimana kita dituntut untuk dapat membuat pilihan yang tepat. Beberapa keputusan mengenai pilihan tersebut mungkin saja memiliki pengaruh yang besar terhadap hidup kita di masa mendatang. Oleh karena itu, kita wajib memiliki pertimbangan yang matang supaya tidak salah pilih. Dalam dunia keagamaan ada beberapa aspek yang mempengaruhi pertimbangan manusia yaitu aspek moral, prinsip-prinsip kerohanian, prinsip-prinsip kebenaran, dan keuntungan material/keduniawian.
Aspek dari pertimbangan-pertimbangan tersebut seringkali menimbulkan dilema, apalagi kalau aspek-aspek pertimbangan tersebut saling bertentangan. Misalnya pada saat keuntungan material seringkali bertentangan dengan prinsip kerohanian, maupun prinsip kebenaran. Dimana kepentingan-kepentingan duniawi seringkali mengaburkan pandangan dan kebutuhan akan aspek kerohanian. Itulah sebabnya orang-orang yang lemah rohaninya akan sangat mudah mengorbankan prinsip-prinsip kerohanian demi keuntungan-keuntungan pribadi. Apalagi manusia sendiri memiliki kecenderungan untuk memilih apa yang menguntungkan, dari pada yang merugikan dirinya. Oleh karena itu keuntungan jaminan akan masa depan yang baik dan kekayaan seringkali menjadi pilihan favorit manusia dibandingkan keuntungan-keuntungan rohani.
Tetapi berbeda dengan Rut. Pada saat Ia dihadapkan dengan sebuah dilema, ia berhasil membuat pilihan yang sangat luar biasa. Ia mengorbankan aspek-aspek keuntungan masa depan dan keuntungan material, dan memilih aspek-aspek kerohanian untuk dipertahankan. Ia memilih untuk tetap setia kepada Tuhan dan kepada Naomi, walaupun Naomi menunjukan kepada Rut bahwa Tuhan itu tidak berpihak kepada Naomi. Ia menyebut Tuhan sebagai penyebab musibah dan kegagalan hidupnya. Ia berkata: ”sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?" (Rut 1:13f).
Naomi juga memaparkan prediksi-prediksi negative mengenai masa depan Orpa dan Rut, jika tetap mengikutinya ke Bethlehem. Naomi menyatakan bahwa masa depannya tidak akan menjadi baik jika Orpa dan Rut tetap mengikuti Naomi dan walaupun tetap setia kepada Tuhan. Dengan kata lain Naomi mengatakan bahwa: “tidak ada keuntungan apapun jika engkau mengikut Tuhan dan mengikuti aku.” Naomi memberikan bukti dengan menunjuk kematian Elimelekh, Mahlon dan Kilyon, yang dianggapnya sebagai hukuman dari pada Tuhan. Dengan matinya mereka, maka keluarga ini tidak mempunyai penerus keturunan dan terlihat kehilangan masa depan yang baik. Orpa menerima kata-kata Naomi sebagai kebenaran, ia memilih untuk tidak setia kepada Tuhan. Orpa memilih kembali ke Moab dan kembali menyembah berhala, tetapi pada saat seperti ini Rut memilih untuk tetap setia.
Dalam segala kondisi, memilih untuk setia kepada Tuhan tentu saja sulit dan akan menjadi lebih sulit ketika kita terpengaruh oleh karena melihat banyak orang yang berjatuhan meninggalkan Tuhan. Tetapi jika kita tetap setia kepada Tuhan, setia melakukan firman-firman-Nya, maka Tuhan memberikan sebuah janji kepada kita: “Sebab itu lakukanlah perkataan perjanjian ini dengan setia, supaya kamu beruntung dalam segala yang kamu lakukan.” (Ulangan 29: 9).
Janji Tuhan tergenapi dalam diri Rut. Tuhan telah memberikan Tuntunan yang luar biasa bagi Rut sehingga Tuhan mengubahkan kehidupan Rut. Pada saatnya nanti ia akan menikah dengan Boas, sebagai penebus, dan melahirkan anak lelaki yang di beri nama Obed, ayah Isai, dan Isai adalah ayah Daud. Raja terbesar sepanjang masa bagi kerajaan Israel. Sehingga oleh karena Rut maka nama Elimelekh ditegakkan kembali ditengah-tengah bangsa Israel (Rut 17: 4). Nama Rut tercantum dalam silsilah Tuhan Yesus dan menjadi nama salah satu kitab dalam perjanjian lama. Hal itu terjadi karena Rut memilih untuk tetap setia kepada Tuhan walaupun dunia mengajak dia untuk tidak setia.
Demikian Tuhan telah mengatur kehidupan Rut dengan begitu indah karena setia kepada Tuhan. Demikian juga Tuhan akan melakukan hal yang sama bagi kita, ketika kita mau melakukan hal yang sama yang seperti Rut lakukan. Tuhan selalu memberikan berkat yang jauh melebihi dari apa yang kita sangka ketika kita mau memilih untuk tetap setia kepada-Nya.
Oleh sebab itu renungan bagi kita pada saat ini adalah: Maukah kita memilih untuk tetap setia kepada Tuhan, sekalipun Tuhan tidak menawarkan masa depan yang menyenangkan kepada kita? Maukah kita mengorbankan aspek-aspek keuntungan duniawi kita, demi kasih kita kepada Tuhan? Maukah kita tetap setia, pada saat dunia ini mengajak kita untuk tidak setia, sebagai mana Rut tetap setia?
NB: Undang anggota care group untuk memberikan kesaksian mengenai perjalanan iman mereka bersama dengan Yesus, mengapa ia tetap setia? Terutama bagi mereka yang baru dibaptis, mengapa ia memilih Yesus? Mengapa ia harus setia? Bagaimana caranya supaya tahan uji dan tetap setia?
0 Response to "MEMILIH UNTUK TETAP SETIA (Rut 1: 1-15)"
Post a Comment