-->

Metode Allah Dalam Menyadarkan Manusia Yang Meninggalkan Tuhan (Lukas 15: 11-32, 1 Korintus 5:5).


Allah kita adalah Allah yang kasih, Ia mengasihi kita sebagaimana kita adanya (1 Yoh 4:16). Ia mengasihi kita walaupun kita adalah mahluk yang sangat berdosa, namun Ia tidak menyukai untuk membiarkan kita hidup dengan keadaaan kita yang seadanya. Ia mempunyai target yang harus dicapai-Nya yaitu membentuk kita menjadi pribadi yang selalu dapat bertumbuh, bertumbuh menuju kepenuhan akan Kristus (Ef 4: 13). Namun sayang sekali sebagian besar dari manusia tidak memahami kehendak Allah tersebut, justru banyak di antara mereka yang betumbuh secara negatif, menjauhi dari target yang ditentukan oleh Allah. Banyak jiwa-jiwa yang diharapkan bertumbuh menuju kepenuhan akan Kristus justru mereka terhilang alias sedang mejalani proses menuju kebinasaan. Orang-orang tersebut digambarkan oleh Yesus dengan perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15: 11-32)

Dikisahkan bahwa ada seorang bapa yang mempunyai dua orang anak laki-laki. Anak yang bungsu mempunyai karakter yang buruk dan hidup dalam sekularisme. Ia meminta harta warisan kemudian membawanya pergi untuk hidup berfoya-foya dalam kebebasanya. Mungkin saja berfoya-foya yang dimaksud adalah main perempuan, mabuk-mabukkan, dan berjudi, menghabiskan banyak uang untuk memuaskan nafsu keduniawiannya, sambil mengejar uang yang lebih banyak lagi. Ia adalah gambaran bagi orang yang pikiranya telah dijerat oleh setan. Ia tahu bahwa Tuhan mengasihinya tetapi ia tidak memahami kasih Allah dengan benar. Setan telah menyalahgambarkan kasih Allah di dalam pikiranya. Kasih Allah yang dinyatakan melalui hukum-hukum-Nya dianggap sebagai kekangan dan anti kebebasan. Oleh karena itu ia berfikir bahwa hidup menjauh dari pada Tuhan merupakan sesuatu hal yang lebih menyenangkan. EGW, Perumpamaan Tuhan Yesus, hal 140-142.

Namun hal yang mengejutkan adalah bapa dalam perumpamaan itu tidak mencegah tindakan bodoh anaknya. Bapa itu menuruti permintaan anaknya untuk membagi harta warisan tersebut sehingga anaknya menghabiskan harta warisan yang didapatnya dengan hidup berfoya-foya. Akhirnya anak itu memperoleh kesengsaraan hidup akibat kebodohannya. Dalam perumpamaan ini bapa adalah gambaran dari Allah, Allah yang tentu saja maha tahu. Jika bapa dalam perumpamaan itu adalah gambaran mengenai Allah, maka berarti Allah pun tidak mencegah manusia untuk hidup menjauh dari-Nya, walaupun Ia tahu bahwa akibat dari ketidakpenurutan manusia tersebut adalah kesengsaraan. Dengan artian Allah telah sengaja membiarkan manusia memperoleh kesengsaraan akibat perbuatannya sediri. Mengapa Allah tidak mencegah manusia supaya manusia tersebut tidak hidup menjauh dari-Nya, sehingga tidak mendapat kesengsaraan?
  1. Pertama, Allah telah memberikan manusia hak prerogatif yaitu hak untuk bebas memilih apa yang mereka anggap benar dan apa yang mereka sukai untuk dilakukan. Jadi manusia mempunyai kebebasan untuk memilih hidup dekat dengan Allah dan menuruti firman-Nya atau hidup tanpa Allah dan menolak hukum-hukum-Nya.
  2. Kedua, manusia yang pikirannya dijerat oleh setan akan cenderung menyalah artikan karakter kasih dan hukum Allah. Ia melihat kasih Allah menjadi tidak berharga. Ia melihat hukum-hukum Allah sebagai peraturan yang anti kebebasan. Ia cenderung melihat Allah sebagai sosok yang jahat dan tidak adil. Manusia yang memiliki pikiran seperti ini digambarkan sebagai anak yang terhilang, istilah lainya adalah anak yang sudah mati (Lukas 15: 24). Segala sesuatu yang dipikirkan dan yang dilakukan selalu menuju maut. Mereka berfikir jalanya sudah lurus namun sebenarnya unjungnya menuju maut. Tentu saja Tuhan tidak menyukai hal ini. Orang-orang seperti itu perlu disadarkan. Untuk menyadarkan orang yang seperti itu Tuhan perlu menggunakan metode yang radikal, yaitu menyerahkan mereka kepada penderitaan hidup. Paulus menjelaskan tindakan Allah dalam memenangkan jiwa yang terhilang dengan istilah “menyerahkannya kepada iblis.
    “Orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan (1 Kor 5:5).”
Allah adalah kasih. Oleh karena kasihnya tersebut Allah tidak pernah mengeluarkan hukuman bagi manusia apalagi sampai membuat manusia tersebut menjadi sengsara, tetapi Allah hanya membiarkan manusia tersebut dicobai oleh iblis dan menjadi sengsara. Ellen G. White Berkata:
“Penderitaan mereka sering dinyatakan sebagai hukuman yang diberikan kepada mereka oleh perintah langsung dari Allah. Dengan demikian, Setan penipu besar itu, mencoba menyembunyikan pekerjaannya. Oleh karena orang-orang Yahudi telah dengan degilnya menolak kasih dan kemurahan ilahi, menyebabkan perlindungan Allah di tarik dari mereka, dan Setan telah diizinkan memerintah mereka sesuai dengan kehendaknya. Kekejaman hebat yang berlaku selama keruntuhan kota Yerusalem adalah suatu pertunjukan kuasa balas dendam Setan atas mereka yang diserahkan kepada pengendaliannya.” Kemenangan Akhir, Hal 36.
Setiap manusia walaupun ia berdosa, sebenarnya ia selalu mendapat perlidungan oleh Roh Allah terhadap setan yang mengghacurkan. Jika Allah mencabut kuasa perlindungan tersebut maka tidak ada lagi penghalang bagi setan untuk menghancurkan manusia. Seperti halnya Ayub, Allah hanya mencabut beberapa kuasa perlidungan terhadap Ayub maka Ayub dicobai Iblis dan menjadi sengsara. Demikian halnya kita sekarang ini, walaupun kita berdosa tetapi Allah tetap memberikan Roh Kudus untuk melindungi kita dari serangan iblis. Jadi tanpa kita sadari sebenar kita selalu berhutang budi terhadap Allah. Kita sering melukai perasaannya tetapi Ia masih melindungi kita dari pencobaan iblis.

Tetapi Kuasa perlindungan Roh Kudus tersebut tidak diperuntukan bagi manusia yang dengan sengaja/dalam keadaan sadar berusaha untuk hidup menjauh dari pada Tuhan. Orang-orang yang sudah mengetahui kebenaran tetapi menolak untuk melakukannya maka secara otomatis ia juga telak menolak kuasa perlindungan dari pada Roh Kudus. Dengan demikian tidak ada alasan bagi Allah untuk tidak mencabut kuasa perlindungan tersebut, sehingga ia dikuasai oleh iblis dan dituntun ke dalam kesengsaraan dan kebinasaan. Namun jika ia kembali kepada Tuhan maka kuasa itupun akan diberikan kembali. Jadi inilah makna diserahkan kepada iblis.

Jadi mengapa Allah tidak mencegah manusia hidup menjauh dari-Nya, sehingga dikuasai oleh iblis dan memperoleh kesengsaran hidup? Menurut Paulus tujuannya adalah supaya tubuh manusia tersebut memperoleh kebinasaan sehingga Rohnya diselamatkan (1 Kor 5:5). Kata “tubuh” di sini diterjemahkan dari kata yunani “sarkos” yang memiliki arti flesh (daging), carnal (jasmani), carnally minded (pemikiran kedagingan), fleshly (kedagingan). Kata “sarkos” disini sebenarnya kurang tepat jika diterjemahkan menjadi kata “tubuh”, karena kata “tubuh” dalam bahasa Yunani adalah “soma”. Dengan melihat hal ini sebenarnya kata “sarkos” lebih tepat jika diterjemahkan menjadi “kedagingan/keduniawian.” Jadi yang dimaksud oleh Paulus disini adalah “membinasa pikiran keduniawiannya,” yaitu supaya manusia itu bertobat dan akhirnya ia diselamatkan. Supaya manusia itu memahami bahwa jika ia hidup menjauh dari pada Allah maka hidupnya adalah identik dengan kesengsaraan. Jadi Tujuannya adalah supaya manusia tersebut dapat membandingkan mana lebih enak: hidup dekat dengan Allah dan menuruti hukum-hukumnya atau hidup bebas dengan gaya sekulernya? Kemudian menyesal karena telah meninggalkan Tuhan. Istilah kasarnya adalah supaya kapok.

ALLAH SANGAT MENGINGINKAN JIWA KITA SELAMAT, dan untuk mewujudkan hal ini terkadang Allah terpaksa membiarkan kita menderita akibat ketidak penurutan tersebut untuk sementara waktu, supaya dapat memahami bahwa hidup tanpa Allah adalah kesensaraan. Jadi ini bukanlah hukuman tetapi hanyalah suatu metode untuk mengembalikan kita kejalur keselamatan. Metode inilah yang digunakan oleh Allah untuk mengembalikan Daud, Yunus, Nebukadnezar, dan Ayub ke dalam jalan yang Allah tentukan. Allah membiarkan anak Daud dari hasil hubungan gelapnya dengan Batsyeba terbunuh oleh kutukan supaya Daud menyadari dosa-dosanya. Allah membiarkan Yunus dibuang dari atas kapal kemudian terperangkap di dalam kuburan berbau anyir bercampur bau busuk kotoran ikan, supaya Yunus menjadi sadar akan tugasnya sebagai nabi Allah. Allah membiarkan Nebukadnezar menjadi gila, makan rumput seperti binatang selama tujuh tahun, supaya ia mengakui kekuasaan Allah. Allah membiarkan Ayub di cobai iblis sampai bangkrut dan penyakitan untuk membuat Ayub bertumbuh lebih sempurna lagi di hadapan Allah. Allah membuat Paulus menjadi buta dan membiarkanya kehilangan kesehatan mata seumur hidupnya untuk mempertobatkan Paulus.

Pada saat ini mungkin diantara kita yang sedang berada di dalam penderitaan karena telah meninggalkan Tuhan. Mungkin juga ada di antara kita yang telah disadarkan dan ada juga yang tidak kunjung sadar. Mungkin juga ada diantara kita yang telah menjauh dari pada Tuhan tetapi Tuhan masih memberikan perlindungan. Mungkin juga ada diantara kita yang telah dipulihkan karena kita telah kembali pulang di rumah Bapa. Posisi kita berbeda-beda saat ini, tetapi sesuatu yang pasti adalah “jika kita tetap meninggalkan Tuhan maka metode ini akan diterapkan oleh Tuhan terhadap kita demi keselamatan jiwa kita.”

Pesan khusus bagi anda yang sekarang ini telah menjauh dari pada Tuhan dan sedang menerima akibat-akibat dari perbuatan kita tersebut, sadarilah bahwa anda sekarang sedang dipimpin oleh setan menuju kebinasaan. Jika Yunus punya ruangan dalam perut ikan untuk merenungkan tanggung jawabnya sebagai nabi, jika Daud mempunyai bait Allah untuk meratapi dosanya, jika anak yang hilang dalam perumaan diatas mempunyai kandang babi untuk menyadari bahwa lebih enak hidup sebagai hamba di rumah Bapa, maka anda pun harus menjadikan tempat dimana anda berada sekarang ini untuk memahami bahwa hidup dekat dengan Allah itu selalu lebih indah. Banyangkanlah saat-saat indah di masa lalu ketika engkau dekat dengan Allah dan bandingkan dengan keadaaan anda sekarang ini. Pikirkanlah untuk kembali kepada Tuhan, dan raihlah kembali hubungan yang indah dengan Allah! Jika sekarang ini ada di antara kita yang telah meninggalkan Tuhan dan belum merasakan akibat buruk dari meninggalkan Tuhan, maka segeralah sadar dan kembali kepada Tuhan, sebelum Tuhan menerapkan metode ini terhadap kita.
NB:
  1. Pada pertemuan sebelumnya kita telah membahas penderitaan orang benar. Hal ini berbeda dengan penderitaan akibat meninggalkan Tuhan. Penderitaan yang dialami oleh orang benar adalah penderitaan yang penuh kebanggaan, penderitaan orang benar adalah seperti penderitaan tentara yang dalam masa perang, menderita bersama-sama Yesus. Banyak orang merasakan penderitaan tersebut justru sebagai sukacita tertinggi. Tetapi penderitaan manusia yang telah meninggalkan Tuhan adalah penderitaan yang memalukan seperti anak yang hilang, makanannya adalah ampas untuk makanan babi.
  2. Metode ini hanya diberlakukan bagi orang yang telah mengenal kebenaran tetapi ia milih hidup menjauh dari pada Tuhan dan orang yang telah meningalkan Tuhan dengan gaya hidupnya maupun beralih kepercayaan. Ibarat seorang anak yang menghianati bapanya. Tidak berlaku bagi orang belum mengenal kebenaran sama sekali.
Pertanyaan untuk didiskusikan:
  1. Apakah akibatnya jika kita menjauh dari pada Tuhan?
  2. Apakah yang dilakukan oleh Allah untuk memenangkan jiwa yang terhilang?
  3. Kita adalah orang yang telah mengenal kebenaran, maka apa yang harus kita lakukan supaya Tuhan tidak menerapkan metode ini terhadap kita?
  4. Jadi mengapa kita selalu berhutang budi kepada Tuhan mengenai Roh Kudus yang selalu melindungi kita?

0 Response to "Metode Allah Dalam Menyadarkan Manusia Yang Meninggalkan Tuhan (Lukas 15: 11-32, 1 Korintus 5:5)."

Post a Comment